Belajar mengenal para perawi di zaman sahabat
1. Anas bin Malik
Adalah: Anas bin Malik al-anshari al-khazraji,sang pelayan Rasulullah.Anas menjadi pahlawan Baginda ketika ia berumur 16tahun dan terus menemani Nabi selama 16 tahun pula.Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menjulikinya dengan : "Abu Hamzah" Sahabat yang ibunya bernama Ummu Sulaim ra'. ini sempat di do'ahkan oleh Nabi shalallahu alaihi wasallam dengan : " ya Allah, perbanyaklah harta dan anaknya,panjangkan umurnya,berkahilah dia,dan masukan ia kedalam syurga." Ternyata memang Anas adalah seorang yang banyak hartanya,ketika wafat meninggalkan anak 120 anak lebih,dan umur Anaspun cukup panjang,hingga ia hidup lebih dari 100 tahun.Dia meninggal di bashrah pada tahun 93 H,dan meriwayatkan sebanyak 2286 hadist.Abu Nu'aim berkata dalam al-hilyah tentang lelaki ini: " Tamim ad-dari adalah seorang rahib (pendeta) pada zamannya, lalu menjadi seorang yang paling giat beribadah di palestina.Dialah orang yang pertam kali menyalahkan lampu di Masjid,dan dia pula yang pertama kali yang meriwayatkan hadist pada era Umar dengan izinnya.
2.Tamim bin Aus Ad-dari bin Kharijah
Adalah :Abu Ruqayyah, seorang sahabat yang pada mulannya beragam Nashrani lalu masuk Islam pada tahun 9 H,Ia tinggal di madinah,kemudian pindah kesyam setelah terjadinya peristiwa pembunuhan Utsman bin Affan ra' lantas singgah di baitul maqdis,dan meninggal di palestina pada tahun 40 H,Rawi yang banya tahajjud ini meriwayatkan hadist sebanyak 18 buah. Abu Nu'aim berkata dalam al-hilyah tentang lelaki ini: : Tamim ad-dari adalah seorang rahib (pendeta) pada zamannya, lalu menjadi orang yang giat beribadah di palestina. Dialah orang yang pertama kali menyalahkan lampu di masjid dan ia juga orang yang pertama kali meriwayatkan hadist di era Umar dengan izinnya
3. Jundub bin Junadah (Abu dzar)
Adalah : Ibnu Sufyan bin Ubaid dari suku Bani Ghiffar dari jalur Kinanah bin Khuzaimah, seorang sahabt yang sangat dini sekali masuk Islam. " Saya orang kelima yang memeluk Islam, " ucap Jundub tentang keislaman dirinya,lewat sosok inilah,terdapat contoh ideal tentang sebuah arti kejujuran,dan dialah orang yang pertama kali memperoleh ucapan salam sejahtera Islam dari Rasulullah, Meninggal di Rabdzah pada tahun 32 H.dan meriwayatkan hadist sebanyak 281 hadist.
4.Abu Tsa'labah Al-Khusyani,Jurtsum bin Nasyir
Adaalah : seorang shabat yang masyhur dengan julukannya (Abu Tsa'labah). Tentang siapa nam asli dirinya dan nama bapaknya,terdapat keragaman pendapat ada yang mengatakan,Jurtsuum.(panjang huruf tsa-nya),ada yang berpendapat Jurtsumah,ada lagi jurtsum (pendek huruf tsa-nya) ada pula Jurhum.Ia adala seoarng yang ikut berbai'at di bawah pohon di Hudaibah. Nabi mengutusnya kepada kaumnya dari Khabilah Khusyainah (untuk mendakwahkan Islam) ,lalu merekapun memeluk Islam.sahabt ini meninggal pada tahun 75 H. dan meriwayatkan hadist dari Rasulullah sebanyak 40 hadist
5. Al-Harits bin Ashim Al-Asy'ari (Abu Malik)
Nama ini nishbah kepada al-Asy'ari, yaitu nama sebuah khabilah dari yaman yang sangat kondang. Abu malik menghadap kepada Nabi dengan kaumnya (Asy'ariyyin ) namun dia di anggap orang syam (syamiyiin). sahabat ini meninggal pada masa kekhalifaan Umar bin Khattab karena di serang wabah ta'un (pes). dan meriwayatkan hadist dari Rasulullah sebanyak 27 hadist.
6. Al-Hasan bin Ali bin Abu Thalib
Adalah : Abu Muhammad al-Hasyimi al-Quraisyi,putra Fatimah Az-zahra, yang di lahirkan di madinah pada tahun ke 3 H, dan tumbuh berkembang di rumah kenabian'. ia seorang yang cerdas,santun,dan gemar akan kebijakan. Bicaranya sangat fasih,jelas,dan sungguh mudah di cerna. Setelah kesyahidan sang ayah (Ali ra') penduduk irak membai'atnya sebagai khalifah. lalu orang orang hijaj,yaman,dan khurasanpun memihak padanya setelah 6 bulan kekhalifahannya,dia melihat pertumpahan darah kaum muslimin. lantas iapun menjalin perdamaian dengan Mu'awiyah bin Abu sufyan,dan ia turun dari kekhalifahan dengan beberapa syarat.peristiwa itu terjadi pada 41 H. dan orang orang menyebut tahun itu sebagai 'Amul-jamaah (Tahun jama'ah),karena garis komando kaum muslimin berada di satu khalifah. Hasan meninggal di madinah pda tahun 50 H dan dimakamkan di baqi,serta meriwayatkan hadist dari kakeknya (Rasulullah) sebanyak 13 hadist.
7. Jabir bin Abdullah Al-Anshari
Adalah : Abu Abdullah al-khazraji as-salmi,seoranga sahabat memeluk Islam sebelum Hijrah, ikut dalam bai'at Aqabah,yang kala itu ia masih kecil. Dia seorang mujahid,shahih Muslim jabir bertutur: " Aku berperang bersama Rasulullah dalam 19 pertempuran,namun aku tidak ikut dalam perang badar dan uhud,karena ayahku mencegahku.begitu ayahku meninggal.aku tidak pernah sama sekali ketinggalan ikut berperang bersama Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. " Dia adalah seorang rawi yang banyak sekali meriwayatkan hadist sebanyak 1540 hadist. sahabat ini meninggal pada tahun 74 H.
bersambung insya Allah
Jumat, 20 Mei 2011
Kamis, 19 Mei 2011
Kemurahan Allah
Dari Ibnu Abbas radiallahu anhu, dari Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dalam hadist yang beliau riwayatkan dari Rabbnya tabaaraka wata'ala.Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya Allah telah menetapkan kebaikan dan keburukan kemudian Ia menjelaskannya, Maka barang siapa yang berniat melakukan kebaikan namun ia tidak mengerjakannya,maka Allah akan mencatat satu kebaikan yang sempurna di sisi-Nya,dan jika ia berniat melakukan kebaikan lalu mengerjakannya,Maka Allah akan mencatat 10 kebaikan hingga 700 kali lipat hingga kelipatan yang banyak. jika ia berniat melakukan keburukan namun ia tidak mengerjakannya,Maka Allah akan mencatat di sisi-Nya satu kebaikan yang sempurna. dan jika ia berniat melakukannya,lalu mengerjakannya,maka Allah mencatat satu keburukan." (Hr.Bukhari dan Muslim)
Penjelasan
hadist ke-37 dari Ibnu Abbas radiallahu anhu, dalam hadist beliau meriwayatkan dari Rabbnya,Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya Allah telah menetapkan kebaikan-kebaikan dan keburukan"
jika seorang sahabat menyatakan dengan ungkapan seperti ini,yaitu dari Nabi dalam hadist yang beliau riwayatkan dari Rabbnya maka hadist ini oleh para ulama dinamakan hadist Qudsi,sabdanya: " sesungguhnya Allah menetapkan kebaikan -kebaikan dan keburukan".
maksudnya adalah Allah telah menetapkan pahala keduanya dan menetapakan segala keburukan-keburukan dan kejelekan Allah Ta'ala ketika menciptakan pena ia berfirman: "Tulislah! Dia (pena) bertanya:Wahai Rabbku apa yang aku tulis? Allah berfirman: Tulislah segala sesuatu yang akan terjadi hingga hari kiamat,maka ia menulis pada saat itu segala sesuatu yang akan terjadi hingga hari kiamat".
Yang nampak lahiriyah dari konteks hadist ini adalah bahwa yang di maksud pencatatan disini adalah pencatatan yang kedua pencatatan pahala,berdasarkan sabdanya: " Kemudian dia menjelaskannya". yaitu dia menjelaskan secara rinci,lalu beliau bersabda: " Maka barang siapa berniat melakukan kebaikan namun ia tidak mengerjakannya maka Allah akan mencatat disisi-Nya suatu kebaikan yang sempurna". Al-Hamm maknanya adalah Al-iradah (kehendak/niatan),seseorang ingin melakukan kebaikan namun ia tidak mengerjakannya.
Bahwa Allah akan mencatat sebaga suatu kebaikan yang sempurna, yakni tanpa ada pengurangan padanya. Dalil dali yang ada menunjukan bahwasanya seseorang berniat kebaikan namun ia tidak mengerjakannya karena memang ia tidak mampu mengerjakannya, yakni ia meninggalkannya karena faktor kelemahan setelah ia memulainya maka akan di catat baginya pahala yang sempurna berdasarkan firman Allah: "Barang siapa yang keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ketempat yang di tuju),maka sungguh telah tetap pahalanya disisi Allah". (Qs.an-nisaa:100)
Namun jika berniat mengerjakan perbuatan tersebut kemudian dia berpaling darinya karena malas atau semisalnya,maka iapun akan mendapat hala yang sama sebagaimana yang di sebutkan dalma hadist ini,yaitu akan di catat baginya kebaikan yang sempurna. hal itu karena niatnya yang baik.
Beliau bersabda: " jika dia berniat melakukannya lalu ia mengerjakannya,maka Allah mencatat disisi-Nya 10 kebaikan hingga 700 kali lipat hingga kelipatan yang banyak."
Jika ia berniat melakukannya lalu memperkerjakannya dan melakukan amalan itu dengan baik,yaitu ia mengerjakannya secara ikhlas dan mengikuti Rasulullah,maka Allah akan mencatatnya 10 kebaikan hingga 700 kali lipat hingga kelipatan yang banyak. kelipatan ini akan di peroleh sesuai dengan amalan tersebut dan keikhlasan dalam mengerjakannya.Bisa jadi itu adalah anugrah dan kebaikan dari Allah, dan Allah berfirman:
" perumpamaan (nafkah yang di keluarkan oleh) orang orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan 7 butir, pada tiap tiap butir terdapat 100 biji, Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa siapa yang di kehendaki. dan Allah maha luas lagi maha mengetahui." (Al-Baqarah:261)
Beliau bersabda: " jika ia berniat melakukan keburukan namun tidak mengerjakannya,maka Allah akan mencatat disisi-Nya sebagai kebaikan yang sempurna.Dan jika ia berniat melakukannya lalu ia memperkerjakannya,maka Allah mencatatnya sebagai satu keburukan saja".
dan jika ia berniat melakukan keburukan,namun ia tidak mengerjakannya, maka akan di catat baginya satu kebaikan yang sempurna,hal itu di peroleh kareana ia telah meninggalkan suatu keburukan itu karena Allah Ta'ala. Sebagaimana yang di sebutkan pada sebagian lafadz-lafadz hadist: " karena ia meninggalkannya karena Aku". Dali dali yang menunjukan bahwa orang orang yang berniat melakukan keburukan namun ia tidak mengerjakannya,maka hal itu terbagi menjadi 3 macam:
1.Ia berupaya secara optomal untuk mengerjakannya,akan tetapi ia tidak dapat mencapainya,maka orang seperti itu akan di catat baginya dosa keburukan secara sempurna.
2.ia bernuat melakukannya kemudian ia meninggalkanya bukan lantaran takut kepada Allah,akan tetapi dirinya merasakan bosan dengannya,maka orang seperti ini tidak di catat balasan kebaikan atau balasan keburukan baginya.
3.Ia meninggalkan keburukan itu karena takut kepada Allah Ta'ala, orang seperti ini keadaanya sebagaimana yang di sebutkan dalam hadist ini.Allah akan mencatatnya satu kebaikan yang sempurna.
Dia berfirman: " jika ia berniat melakukan keburukan lalu mengerjakannya,maka Allah akan mencatatnya sebagai satu keburukan." hal ini di kuatkan dalam firman Allah:
"Barangsiapa yang melakukan kebaikan maka baginya pahal 10 kali lipatamalannya,dan barang siapa membawa perbuatan yang jahat maka ia tidak akan di beri pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya." (Al-An'am:160)
dalam firman lain:
" Dan siapa yang bermaksud melakukan kejahatan secara zhahir di dalamnnya,niscaya akan Kami rsakan kepadanya sebagai siksa yang pedih." (Al-hajj:25)
Para ulama menyatakan : sesungguhnya kebaikan kebaikan dan keburukan keburukan itu di lipat gandakan pada setiap waktu dan tempat yang memiliki keutamaan,akan tetapi kebaikan akan di lipatgndakan dengan kuantitasnya,sedangkan keburukan akan di lipat gandakan kualitasnya,tidak di lipat gandakan dengan kuantitasnya,berdasarkan kuantitasnya,berdasarkan firman Allah:
" Barang siapa membawa amal yang baik, maka baginya pahala 10 kali lipat amalnya.Dan barang siapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak akan di beri pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya".
Berdasrkan hadist yang di bawakan oleh penyusun kitab ini-semoga Allah merahmatinya sesungguhnya Allah akan mencatatnya dengan satu keburukan.
penyusun imam Nawawi berkata: di riwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dalam shahih keduanya dengan huruf-hurufnya.maksudnya adalah penyusun kitab ini telah membawakan hadist dengan lafadznya dan beliau menegaskan hal tersebut,kemudian di dalam terdapat kabar gembira yang begitu besar dan kebaikan yang agung.
Ilmu itu untuk di amalkan bukan untuk di sembunyikan,dan jangan takabur dengan ilmu yang di miliki,karena semua itu adalah rahmat Allah yang harus di amalkan.
Nukilan ini saya kutip dari syarh arbain nawawiyah asy syaikh muhammad bin shalih Al-utsaimin dari hadist ke-37. bab kemurahan Allah,halaman 137.
Mohon maaf bila ada kesalahan dan khilaf,silahkan di copy dan di amalkan.
Penjelasan
hadist ke-37 dari Ibnu Abbas radiallahu anhu, dalam hadist beliau meriwayatkan dari Rabbnya,Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya Allah telah menetapkan kebaikan-kebaikan dan keburukan"
jika seorang sahabat menyatakan dengan ungkapan seperti ini,yaitu dari Nabi dalam hadist yang beliau riwayatkan dari Rabbnya maka hadist ini oleh para ulama dinamakan hadist Qudsi,sabdanya: " sesungguhnya Allah menetapkan kebaikan -kebaikan dan keburukan".
maksudnya adalah Allah telah menetapkan pahala keduanya dan menetapakan segala keburukan-keburukan dan kejelekan Allah Ta'ala ketika menciptakan pena ia berfirman: "Tulislah! Dia (pena) bertanya:Wahai Rabbku apa yang aku tulis? Allah berfirman: Tulislah segala sesuatu yang akan terjadi hingga hari kiamat,maka ia menulis pada saat itu segala sesuatu yang akan terjadi hingga hari kiamat".
Yang nampak lahiriyah dari konteks hadist ini adalah bahwa yang di maksud pencatatan disini adalah pencatatan yang kedua pencatatan pahala,berdasarkan sabdanya: " Kemudian dia menjelaskannya". yaitu dia menjelaskan secara rinci,lalu beliau bersabda: " Maka barang siapa berniat melakukan kebaikan namun ia tidak mengerjakannya maka Allah akan mencatat disisi-Nya suatu kebaikan yang sempurna". Al-Hamm maknanya adalah Al-iradah (kehendak/niatan),seseorang ingin melakukan kebaikan namun ia tidak mengerjakannya.
Bahwa Allah akan mencatat sebaga suatu kebaikan yang sempurna, yakni tanpa ada pengurangan padanya. Dalil dali yang ada menunjukan bahwasanya seseorang berniat kebaikan namun ia tidak mengerjakannya karena memang ia tidak mampu mengerjakannya, yakni ia meninggalkannya karena faktor kelemahan setelah ia memulainya maka akan di catat baginya pahala yang sempurna berdasarkan firman Allah: "Barang siapa yang keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ketempat yang di tuju),maka sungguh telah tetap pahalanya disisi Allah". (Qs.an-nisaa:100)
Namun jika berniat mengerjakan perbuatan tersebut kemudian dia berpaling darinya karena malas atau semisalnya,maka iapun akan mendapat hala yang sama sebagaimana yang di sebutkan dalma hadist ini,yaitu akan di catat baginya kebaikan yang sempurna. hal itu karena niatnya yang baik.
Beliau bersabda: " jika dia berniat melakukannya lalu ia mengerjakannya,maka Allah mencatat disisi-Nya 10 kebaikan hingga 700 kali lipat hingga kelipatan yang banyak."
Jika ia berniat melakukannya lalu memperkerjakannya dan melakukan amalan itu dengan baik,yaitu ia mengerjakannya secara ikhlas dan mengikuti Rasulullah,maka Allah akan mencatatnya 10 kebaikan hingga 700 kali lipat hingga kelipatan yang banyak. kelipatan ini akan di peroleh sesuai dengan amalan tersebut dan keikhlasan dalam mengerjakannya.Bisa jadi itu adalah anugrah dan kebaikan dari Allah, dan Allah berfirman:
" perumpamaan (nafkah yang di keluarkan oleh) orang orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan 7 butir, pada tiap tiap butir terdapat 100 biji, Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa siapa yang di kehendaki. dan Allah maha luas lagi maha mengetahui." (Al-Baqarah:261)
Beliau bersabda: " jika ia berniat melakukan keburukan namun tidak mengerjakannya,maka Allah akan mencatat disisi-Nya sebagai kebaikan yang sempurna.Dan jika ia berniat melakukannya lalu ia memperkerjakannya,maka Allah mencatatnya sebagai satu keburukan saja".
dan jika ia berniat melakukan keburukan,namun ia tidak mengerjakannya, maka akan di catat baginya satu kebaikan yang sempurna,hal itu di peroleh kareana ia telah meninggalkan suatu keburukan itu karena Allah Ta'ala. Sebagaimana yang di sebutkan pada sebagian lafadz-lafadz hadist: " karena ia meninggalkannya karena Aku". Dali dali yang menunjukan bahwa orang orang yang berniat melakukan keburukan namun ia tidak mengerjakannya,maka hal itu terbagi menjadi 3 macam:
1.Ia berupaya secara optomal untuk mengerjakannya,akan tetapi ia tidak dapat mencapainya,maka orang seperti itu akan di catat baginya dosa keburukan secara sempurna.
2.ia bernuat melakukannya kemudian ia meninggalkanya bukan lantaran takut kepada Allah,akan tetapi dirinya merasakan bosan dengannya,maka orang seperti ini tidak di catat balasan kebaikan atau balasan keburukan baginya.
3.Ia meninggalkan keburukan itu karena takut kepada Allah Ta'ala, orang seperti ini keadaanya sebagaimana yang di sebutkan dalam hadist ini.Allah akan mencatatnya satu kebaikan yang sempurna.
Dia berfirman: " jika ia berniat melakukan keburukan lalu mengerjakannya,maka Allah akan mencatatnya sebagai satu keburukan." hal ini di kuatkan dalam firman Allah:
"Barangsiapa yang melakukan kebaikan maka baginya pahal 10 kali lipatamalannya,dan barang siapa membawa perbuatan yang jahat maka ia tidak akan di beri pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya." (Al-An'am:160)
dalam firman lain:
" Dan siapa yang bermaksud melakukan kejahatan secara zhahir di dalamnnya,niscaya akan Kami rsakan kepadanya sebagai siksa yang pedih." (Al-hajj:25)
Para ulama menyatakan : sesungguhnya kebaikan kebaikan dan keburukan keburukan itu di lipat gandakan pada setiap waktu dan tempat yang memiliki keutamaan,akan tetapi kebaikan akan di lipatgndakan dengan kuantitasnya,sedangkan keburukan akan di lipat gandakan kualitasnya,tidak di lipat gandakan dengan kuantitasnya,berdasarkan kuantitasnya,berdasarkan firman Allah:
" Barang siapa membawa amal yang baik, maka baginya pahala 10 kali lipat amalnya.Dan barang siapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak akan di beri pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya".
Berdasrkan hadist yang di bawakan oleh penyusun kitab ini-semoga Allah merahmatinya sesungguhnya Allah akan mencatatnya dengan satu keburukan.
penyusun imam Nawawi berkata: di riwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dalam shahih keduanya dengan huruf-hurufnya.maksudnya adalah penyusun kitab ini telah membawakan hadist dengan lafadznya dan beliau menegaskan hal tersebut,kemudian di dalam terdapat kabar gembira yang begitu besar dan kebaikan yang agung.
Ilmu itu untuk di amalkan bukan untuk di sembunyikan,dan jangan takabur dengan ilmu yang di miliki,karena semua itu adalah rahmat Allah yang harus di amalkan.
" Abud darda radiallahu amhu berkata : " laa takuwnu aaliman hatta takuwna muta'allaman, walaa takuwnu bil'ilmi aaliman hatta takuwna bihi aa'milan "Engkau tidak akan menjadi seoarang alim hingga engkau menjadi orang yang belajar,dan engkau tidak di anggap alim tentang suatu ilmu,sampai engkau mengamalkannya. (al-hdist)
Amiril mukminin Ali bin khatab berkata: " hatafal ilmi bil a'mali fa'in ajaabahu wa ilarrtahala."
"Ilmu membisikan untuk di amalkan,kalau seorang menyambut (maka ilmu itu akan bertahan bersama dirinya)bila tidak di amalkan maka ilmu itu akan pergi.
Nukilan ini saya kutip dari syarh arbain nawawiyah asy syaikh muhammad bin shalih Al-utsaimin dari hadist ke-37. bab kemurahan Allah,halaman 137.
Mohon maaf bila ada kesalahan dan khilaf,silahkan di copy dan di amalkan.
Keutamaan Sholawat kepada Nabi
Keutamaan Sholawat Kepada Nabi
Allah Ta'ala berfirman
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. (QS. Al-Ahzab: 56)
Imam Al-Bukhari berkata, “Abul Aliyah berkata, “Shalawat Allah Ta’ala kepada beliau adalah pujian-Nya kepada beliau di hadapan para malaikat. Adapun shalawat para malaikat (kepada beliau) adalah bermakna doa (mereka untuk beliau).”
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشَرًا
“Barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat untuknya 10 kali”. (HR. Muslim: 384)
Dari Anas bin Malik radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi wasallam beliau bersabda:
أَكْثِرُوا الصَّلاَةَ عَلَيَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَليلَةَ الْجُمُعَةِ, فَمَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشَرًا.
“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari dan malam Jumat, karena barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali maka Allah akan bershalawat kepadanya 10 kali”. (HR. Al-Baihaqi (3/249) dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 1407)Dari Ali bin Al-Husain radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi wasallam beliau bersabda
لاَ تَجْعَلُوْا قَبْرِيْ عِيْداً، وَلاَ تَجْعَلُوْا بُيُوْتَكُمْ قُبُوْراً، وَصَلُّوْا عَلَيَّ وَسَلِّمُوْا حَيْثُمَا كُنْتُمْ، فَسَيَبْلُغُنِيْ سَلاَمُكُمْ وَصَلاَتُكُمْ.
“Janganlah kalian menjadikan kuburku sebagai id dan jangan kalian jadikan rumah-rumah kalian sebagai kubur. Bershalawat dan bertaslimlah (ucapkan salam) kalian kepadaku dimanapun kalian berada karena salam dan shalawat kalian akan sampai kepadaku”. (Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Tahdzirus Sajid hal. 98-99)
Menjadikannya sebagai id misalnya mengunjunginya pada waktu-waktu tertentu.
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
مَا مِنْ أَحَدٍ يُسَلِّمُ عَلَيَّ إِلاَّ رَدَّ اللهُ عَلَيَّ رُوْحِيْ حَتَّى أَرُدُّ عَلَيْهِ السَّلاَمَ
“Tidak ada seorang pun yang mengucapkan taslim kepadaku kecuali Allah akan mengembalikan rohku sehingga saya bisa membalas taslimnya”. (HR. Abu Daud no. 2041, Ahmad: 2/527, dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 5679)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ
“Kecelakaan atas seorang hamba yang namaku disebut di sisinya lantas dia tidak bershalawat kepadaku”. (HR. At-Tirmizi no. 3545 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Kami’ no. 3510)
Penjelasan ringkas:
Al-Hafizh Ibnu Katsir -rahimahullah- menyatakan dalam Tafsirnya (3/528) tentang ayat di atas, “Maksud dari ayat ini adalah bahwa Allah mengabarkan kepada para hamba-Nya mengenai kedudukan hamba dan nabi-Nya (Muhammad) di sisi-Nya di hadapan penghuni alam atas (langit). Bahwa Dia memuji-mujinya di hadapan para malaikat yang didekatkan dan bahwa para malaikat juga bershalawat kepada beliau. Kemudian Allah Ta’ala memerintahkan penghuni alam bawah (bumi) untuk mengucapkan shalawat dan taslim kepada beliau, sehingga berkumpullah pujian dari penghuni kedua alam -atas dan bawah- seluruhnya kepada beliau”.
Ar-Rasul shallallahu alaihi wasallam mempunyai banyak hak dari umatnya. Di antara hak tersebut adalah cintai kepada beliau. Dan di antara bentuk mencintai beliau adalah memperbanyak shalawat kepada beliau kapanpun -terlebih jika ada dalil yang menyebutkan keutamaan shalawat pada hari tertentu seperti pada hari dan malam jumat-dan dimanapun kita berada -apalagi jika ada dalil khusus yang menunjukkan tempat tertentu disunnahkan shalawat di situ, seperti ketika akan keluar masuk masjid-.
Karena sangat besarnya hak beliau shallallahu alaihi wasallam yang satu ini, sampai-sampai Allah Ta’ala memerintahkan para malaikat dan seluruh kaum mukminin agar bershalawat kepada Nabi. Dan Nabi mengabarkan bahwa siapa saja yang bershalawat untuk beliau sekali maka Allah akan membalas shalawatnya sebanyak 10 kali. Bahkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengancam dengan doa kecelakaan atas siapa saja yang tidak bershalawat kepada beliau ketika nama beliau disebut. Maka ini semakin mengutkan pendapat sebagian ulama yang menyatakan wajibnya bershalawat kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam setiap kali nama beliau disebut.
Dan di antara keistimewaan dan kemudahan ibadah yang satu ini, seorang muslim tidak perlu repot-repot untuk mendatangi kubur Nabi shallallahu alaihi wasallam jika hanya sekedar ingin mengirim shalawat dan salam. Karena dimanapun seseorang, tatkala dia membaca shalawat maka shalawat ini akan diantar oleh para malaikat kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, lalu Allah akan mengembalikan roh beliau ke jasad beliau guna menjawab salam umat beliau.
Selengkapnya tentang shalawat insya Allah akan dipaparkan pada tempatnya, wallahu a’lam bishshawab.
Sumber Abu Mu'awiyah Al-atsyariyah.com
Allah Ta'ala berfirman
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. (QS. Al-Ahzab: 56)
Imam Al-Bukhari berkata, “Abul Aliyah berkata, “Shalawat Allah Ta’ala kepada beliau adalah pujian-Nya kepada beliau di hadapan para malaikat. Adapun shalawat para malaikat (kepada beliau) adalah bermakna doa (mereka untuk beliau).”
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشَرًا
“Barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat untuknya 10 kali”. (HR. Muslim: 384)
Dari Anas bin Malik radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi wasallam beliau bersabda:
أَكْثِرُوا الصَّلاَةَ عَلَيَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَليلَةَ الْجُمُعَةِ, فَمَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشَرًا.
“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari dan malam Jumat, karena barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali maka Allah akan bershalawat kepadanya 10 kali”. (HR. Al-Baihaqi (3/249) dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 1407)Dari Ali bin Al-Husain radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi wasallam beliau bersabda
لاَ تَجْعَلُوْا قَبْرِيْ عِيْداً، وَلاَ تَجْعَلُوْا بُيُوْتَكُمْ قُبُوْراً، وَصَلُّوْا عَلَيَّ وَسَلِّمُوْا حَيْثُمَا كُنْتُمْ، فَسَيَبْلُغُنِيْ سَلاَمُكُمْ وَصَلاَتُكُمْ.
“Janganlah kalian menjadikan kuburku sebagai id dan jangan kalian jadikan rumah-rumah kalian sebagai kubur. Bershalawat dan bertaslimlah (ucapkan salam) kalian kepadaku dimanapun kalian berada karena salam dan shalawat kalian akan sampai kepadaku”. (Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Tahdzirus Sajid hal. 98-99)
Menjadikannya sebagai id misalnya mengunjunginya pada waktu-waktu tertentu.
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
مَا مِنْ أَحَدٍ يُسَلِّمُ عَلَيَّ إِلاَّ رَدَّ اللهُ عَلَيَّ رُوْحِيْ حَتَّى أَرُدُّ عَلَيْهِ السَّلاَمَ
“Tidak ada seorang pun yang mengucapkan taslim kepadaku kecuali Allah akan mengembalikan rohku sehingga saya bisa membalas taslimnya”. (HR. Abu Daud no. 2041, Ahmad: 2/527, dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 5679)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ
“Kecelakaan atas seorang hamba yang namaku disebut di sisinya lantas dia tidak bershalawat kepadaku”. (HR. At-Tirmizi no. 3545 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Kami’ no. 3510)
Penjelasan ringkas:
Al-Hafizh Ibnu Katsir -rahimahullah- menyatakan dalam Tafsirnya (3/528) tentang ayat di atas, “Maksud dari ayat ini adalah bahwa Allah mengabarkan kepada para hamba-Nya mengenai kedudukan hamba dan nabi-Nya (Muhammad) di sisi-Nya di hadapan penghuni alam atas (langit). Bahwa Dia memuji-mujinya di hadapan para malaikat yang didekatkan dan bahwa para malaikat juga bershalawat kepada beliau. Kemudian Allah Ta’ala memerintahkan penghuni alam bawah (bumi) untuk mengucapkan shalawat dan taslim kepada beliau, sehingga berkumpullah pujian dari penghuni kedua alam -atas dan bawah- seluruhnya kepada beliau”.
Ar-Rasul shallallahu alaihi wasallam mempunyai banyak hak dari umatnya. Di antara hak tersebut adalah cintai kepada beliau. Dan di antara bentuk mencintai beliau adalah memperbanyak shalawat kepada beliau kapanpun -terlebih jika ada dalil yang menyebutkan keutamaan shalawat pada hari tertentu seperti pada hari dan malam jumat-dan dimanapun kita berada -apalagi jika ada dalil khusus yang menunjukkan tempat tertentu disunnahkan shalawat di situ, seperti ketika akan keluar masuk masjid-.
Karena sangat besarnya hak beliau shallallahu alaihi wasallam yang satu ini, sampai-sampai Allah Ta’ala memerintahkan para malaikat dan seluruh kaum mukminin agar bershalawat kepada Nabi. Dan Nabi mengabarkan bahwa siapa saja yang bershalawat untuk beliau sekali maka Allah akan membalas shalawatnya sebanyak 10 kali. Bahkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengancam dengan doa kecelakaan atas siapa saja yang tidak bershalawat kepada beliau ketika nama beliau disebut. Maka ini semakin mengutkan pendapat sebagian ulama yang menyatakan wajibnya bershalawat kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam setiap kali nama beliau disebut.
Dan di antara keistimewaan dan kemudahan ibadah yang satu ini, seorang muslim tidak perlu repot-repot untuk mendatangi kubur Nabi shallallahu alaihi wasallam jika hanya sekedar ingin mengirim shalawat dan salam. Karena dimanapun seseorang, tatkala dia membaca shalawat maka shalawat ini akan diantar oleh para malaikat kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, lalu Allah akan mengembalikan roh beliau ke jasad beliau guna menjawab salam umat beliau.
Selengkapnya tentang shalawat insya Allah akan dipaparkan pada tempatnya, wallahu a’lam bishshawab.
Sumber Abu Mu'awiyah Al-atsyariyah.com
Tauhid Al-Uluhiah
Termasuk di antara keyakinan Ahlis Sunnah, mereka menunggalkan Allah -Ta’ala- dalam ubudiyyah (penyembahan). Mereka tidak menyembah sembahan yang lain bersama Allah, bahkan mereka mengarahkan semua ketaatan yang Allah perintahkan –baik perintah wajib maupun yang sunnah- hanya kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya. Maka mereka tidak bersujud kecuali kepada Allah, tidak berthawaf kecuali untuk Allah di rumah yang tua (Ka’bah), tidak menyembelih kecuali untuk Allah, tidak bernadzar kecuali untuk Alah, tidak bersumpah kecuali dengan menggunakan nama Allah, tidak bertawakkal kecuali hanya kepada Allah dan tidak berdo’a kecuali kepada Allah. Inilah yang dikenal dengan Tauhid Uluhiyah.
Allah -Ta’ala- berfirman :
وَاعْبُدُواْ اللّهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئاً
“Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukanNya dengan sesuatupun”. (QS. An-Nisa` : 36)
dalam firman lain:
وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kalian jangan menyembah selain Dia”. (QS. Al-Isra` : 23)
Allah berfirman :
وَمَا أُمِرُواْ إِلاَّ لِيَعْبُدُواْ إِلَـهاً وَاحِداً
“Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa”. (QS. At-Taubah : 31)
Allah berfirman :
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya meyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama dengan lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus”. (QS. Al-Bayyinah : 5)
Allah berfirman :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu”. (QS. Adz-Dzariyat : 56)
Makna “menyembah kepadaKu” yaitu mentauhidkan Aku.
Lawan Dari Tauhid Adalah Kesyirikan Kepada Allah
Lawannya (tauhid) adalah kesyirikan kepada Allah –semoga Allah menjauhkan kita darinya-, dan dia adalah dosa yang terbesar yang Allah dimaksiati dengannya. Allah -Ta’ala- berfirman :
إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْماً عَظِيماً
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu, bagi siapa yang dikehendakiNya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”. (QS. An-Nisa` : 48)
Allah -Ta’ala- berfirman :
إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيداً
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu, bagi siapa yang dikehendakiNya. Barangsiapa yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya”. (QS. An-Nisa` : 116)
Allah -Ta’ala- berfirman :
حُنَفَاء لِلَّهِ غَيْرَ مُشْرِكِينَ بِهِ وَمَن يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاء فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ
“Dengan ikhlas kepada Allah, tidak mempersekutukan sesuatu dengan Dia. Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langait lalu disambar oleh burung atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh”. (QS. Al-Hajj : 31)
Allah -Ta’ala- berfirman :
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran padanya : “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kedzaliman yang besar”. (QS. Luqman : 13)
Allah -Ta’ala- menjelaskan bahwa kesyirikan itu bisa menghapuskan seluruh amalan dan mengeluarkan (pelakunya) dari agama. Allah -Ta’ala- berfirman :
وَلَوْ أَشْرَكُواْ لَحَبِطَ عَنْهُم مَّا كَانُواْ يَعْمَلُونَ
“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan”. (QS. Al-An’am : 88)
Allah -Ta’ala- berfirman :
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada Nabi-Nabi yang sebelummu : “Jika kamu mempersekutukan Allah, niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi”. (QS. Az-Zumar : 65)
Di dalam Shohih Muslim dari Jabir bin ‘Abdillah -radhiallahu ‘anhu-, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
مَنْ لَقِيَ اللهَ لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَمَنْ لَقِيَهُ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ
“Barangsiapa yang berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak berbuat kesyirikan bersama-Nya sedikitpun, maka ia akan masuk surga. Barangsiapa yang menjumpaiNya dalam keadaan berbuat kesyirikan bersama-Nya dengan sesuatu apapun, maka ia akan masuk ke dalam neraka”.
Di dalam Shohih Al-Bukhary dari Ibnu Mas’ud -radhiallahu ‘anhu- berkata: sesungguhnya Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda :
مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَدْعُو مِنْ دُوْنِ اللهِ نِدًّا دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Barangsiapa yang mati dalam keadaan dia menyeru/beribadah kepada tandingan selain Allah maka akan masuk ke dalam Neraka”.
Siapakah Orang Musyrik Itu?
Maka barangsiapa yang memalingkan satu bentuk di antara bentuk-bentuk ibadah kepada selain Allah, maka dia adalah orang yang musyrik lagi kafir.
Do’a tidak (Boleh) Diberikan Kecuali Hanya Kepada Allah
Do’a merupakan ibadah yang Allah perintahkan. Barangsiapa yang berdo’a hanya kepada Allah semata maka dia adalah muwahhid (orang yang bertauhid), dan barangsiapa yang berdo’a kepada selain Allah maka sungguh dia telah berbuat kesyirikan.
Allah -Ta’ala- berfirman :
وَلاَ تَدْعُ مِن دُونِ اللّهِ مَا لاَ يَنفَعُكَ وَلاَ يَضُرُّكَ فَإِن فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذاً مِّنَ الظَّالِمِينَ
“Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah, sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang dzalim”. (QS. Yunus : 106)
Allah -Ta’ala- berfirman :
وَمَن يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهاً آخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِندَ رَبِّهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ
“Dan barangsiapa menyembah sembahan yang lain disamping Allah, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung”. (QS. Al-Mu`minun : 117)
Allah -Ta’ala- berfirman :
وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَداً. وَأَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللَّهِ يَدْعُوهُ كَادُوا يَكُونُونَ عَلَيْهِ لِبَدا. قُلْ إِنَّمَا أَدْعُو رَبِّي وَلَا أُشْرِكُ بِهِ أَحَداً
“Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kalian menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah. Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembahNya (mengerjakan ibadah) hampir saja jin-jin itu desak-mendesak mengerumuninya. Katakanlah sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhanku dan aku tidak mempersekutukan sesuatupun denganNya”. (QS. Al-Jin : 18-20)Allah -Ta’ala- berfirman :
لَهُ دَعْوَةُ الْحَقِّ وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِهِ لاَ يَسْتَجِيبُونَ لَهُم بِشَيْءٍ إِلاَّ كَبَاسِطِ كَفَّيْهِ إِلَى الْمَاء لِيَبْلُغَ فَاهُ وَمَا هُوَ بِبَالِغِهِ وَمَا دُعَاء الْكَافِرِينَ إِلاَّ فِي ضَلاَلٍ
“Hanya bagi Allahlah (hak mengabulkan) doa yang benar. Dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memperkenankan sesuatupun bagi mereka, melainkan seperti orang yang membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya sampai air ke mulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya. Dan doa (ibadah) orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka”. (QS. Ar-R’ad : 14)
Allah -Ta’ala- berfirman :
وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِ اللّهِ لاَ يَخْلُقُونَ شَيْئاً وَهُمْ يُخْلَقُونَ. أَمْواتٌ غَيْرُ أَحْيَاء وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ
“Dan berhala-berhala yang mereka seru selain Allah, tidak dapat membuat sesuatu apapun, sedang berhala-berhala itu (sendiri) dibuat orang. (Berhala-berhala itu) benda mati tidak hidup, dan berhala-berhala itu tidak mengetahui bilakah penyembah-penyembahnya dibangkitkan”. (QS. An-Nahl : 20-21)
Allah -Ta’ala- berfirman :
فَلَا تَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهاً آخَرَ فَتَكُونَ مِنَ الْمُعَذَّبِينَ
“Maka janganlah kalian menyeru (menyembah) sembahan yang lain di samping Allah yang menyebabkan kalian termasuk orang-orang yang di adzab”. (QS. Asy-Syu’ara` : 213)
Allah -Ta’ala- berfirman :
يُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُّسَمًّى ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَهُ الْمُلْكُ وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِن قِطْمِير. إِن تَدْعُوهُمْ لَا يَسْمَعُوا دُعَاءكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُونَ بِشِرْكِكُمْ وَلَا يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ
“Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan bulan dan matahari, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian itulah Allah Tuhanmu, kepunyaanNyalah kerajaan. Dan orang-orang yang kalian seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. Jika kalian menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu ; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan di hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh yang Maha Mengetahui”. (QS. Fathir : 13-14)
Allah -Ta’ala- berfirman :
وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلْ أَفَرَأَيْتُم مَّا تَدْعُونَ مِن دُونِ اللَّهِ إِنْ أَرَادَنِيَ اللَّهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَاتُ رَحْمَتِهِ قُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُونَ
“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi”?, niscaya mereka menjawab : “Allah”. Katakanlah : “Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kalian seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmatNya?, katakanlah : “Cukuplah Allah bagiku”. kepadaNyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri”. (QS. Az-Zumar : 38)Allah -Ta’ala- berfirman :
قُلْ أَرَأَيْتُم مَّا تَدْعُونَ مِن دُونِ اللَّهِ أَرُونِي مَاذَا خَلَقُوا مِنَ الْأَرْضِ أَمْ لَهُمْ شِرْكٌ فِي السَّمَاوَاتِ اِئْتُونِي بِكِتَابٍ مِّن قَبْلِ هَذَا أَوْ أَثَارَةٍ مِّنْ عِلْمٍ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ. وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّن يَدْعُو مِن دُونِ اللَّهِ مَن لَّا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى يَومِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَن دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ. وَإِذَا حُشِرَ النَّاسُ كَانُوا لَهُمْ أَعْدَاء وَكَانُوا بِعِبَادَتِهِمْ كَافِرِينَ
“Katakanlah terangkanlah kepadaku tentang apa yang kalian sembah selain Allah, perlihatkan kepadaku apakah yang telah mereka ciptakan dari bumi ini atau adakah mereka berserikat (dengan Allah) dalam penciptaan langit? Bawalah kepadaku kitab yang sebelum (Al-Quran) ini atau peninggalan dari pengetahuan (orang orang dahulu) jika kalian adalah orang-orang yang benar”. Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (do`a) nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) do`a mereka? Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat) niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka.” (QS. Al-Ahqaf : 4-6)
Telah tsabit (shohih) dalam As-Sunan dari An-Nu’man bin Basyir -radhiallahu ‘anhu- beliau berkata: Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda :
اَلدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ
“Do’a adalah ibadah”.
Permusuhan Antara Para Rasul dan Kaumnya Terjadi Karena Tauhid Ini
Tauhid ini -tauhid Uluhiyah-, karenanyalah terjadi permusuhan antara para Rasul dengan ummatnya
Para Rasul Diutus Karena Tauhid Ini
Tauhid inilah yang para Rasul diutus guna menjelaskannya dan berdakwah kepadanya. Kitab-kitab diturunkan untuk menegaskannya, menjelaskannya dan membelanya sebagaimana firman Allah -Ta’ala- :
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُواْ اللّهَ وَاجْتَنِبُواْ الطَّاغُوتَ
“Dan sesungguhnya kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) : “Sembahlah Allah saja, dan jauhilah Thaghut itu”. (QS. An-Nahl : 36)
Allah -Ta’ala- berfirman :
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
“Dan kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu, melainkan kami wahyukan kepadanya : bahwasanya tidak ada sembahan (yang hak) melainkan Aku maka sembahlah olehmu selain aku”. (QS. Al-Anbiya` : 25)Allah -Ta’ala- berfirman :
ِيُنَزِّلُ الْمَلآئِكَةَ بِالْرُّوحِ مِنْ أَمْرِهِ عَلَى مَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ أَنْ أَنذِرُواْ أَنَّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنَاْ فَاتَّقُونِ
“Dia menurunkan para malaikat dengan (membawa) wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, yaitu: “Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada sembahan (yang hak) melainkan Aku, maka hendaklah kalian bertakwa kepada-Ku”. (QS. An-Nahl : 2)
Para Rasul memulai dalam mengajak kaumnya kepada Allah dengan tauhid ini. Maka setiap Rasul berkata kepada kaumnya :
اُعْبُدُواْ اللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَـهٍ غَيْرُهُ
“Sembahlah Allah, sekali-kali tak ada sembahan bagimu selain-Nya”. (QS. Al-A’raf : 59)
Hal ini diucapkan oleh Nuh, Hud, Sholih, Syu’aib dan setiap Rasul -sholawat Allah dan salamnya atas mereka seluruhnya-.
Allah -Ta’ala- berfirman :
وَإِبْرَاهِيمَ إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاتَّقُوهُ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ. إِنَّمَا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ أَوْثَاناً وَتَخْلُقُونَ إِفْكاً إِنَّ الَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ لَا يَمْلِكُونَ لَكُمْ رِزْقاً فَابْتَغُوا عِندَ اللَّهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوهُ وَاشْكُرُوا لَهُ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ“Dan (ingatlah) Ibrahim, ketika ia berkata pada kaumnya : Sembahlah olehmu Allah dan bertakwalah kepadaNya. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kalian mengetahui. Sesungguhnya apa yang kalian sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kalian membuat dusta. Sesungguhnya yang kalian sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezki kepadamu; maka mintalah rezki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepadaNya. Hanya kepadaNyalah kalian akan dikembalikan”. (QS. Al-‘Ankabut : 16-17)
Allah -Ta’ala- berfirman tentang Nabi-Nya, Yusuf -’alaihis salam- (bahwa beliau berkata) :
يَا صَاحِبَيِ السِّجْنِ أَأَرْبَابٌ مُّتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ اللّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ. مَا تَعْبُدُونَ مِن دُونِهِ إِلاَّ أَسْمَاءً سَمَّيْتُمُوهَا أَنتُمْ وَآبَآؤُكُم مَّا أَنزَلَ اللّهُ بِهَا مِن سُلْطَانٍ إِنِ الْحُكْمُ إِلاَّ لِلّهِ أَمَرَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَـكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ
“Hai kedua penghuni penjara manakah yang baik, Tuhan-Tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa?. Kalian tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kalian dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kalian tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS. Yusuf : 39-40)Orang-Orang Musyrik tidak Mempunyai Sedikitpun Argumen dalam Kesyirikan Mereka
Orang-orang musyrik tidak mempunyai sedikitpun argumen dalam kesyirikan mereka, baik dari sisi akal sehat, maupun dalil naqli dari para Rasul.
Allah -Ta’ala- berfirman :
وَاسْأَلْ مَنْ أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رُّسُلِنَا أَجَعَلْنَا مِن دُونِ الرَّحْمَنِ آلِهَةً يُعْبَدُونَ
“Dan tanyakanlah kepada Rasul-Rasul kami yang telah kami utus sebelum kamu “adakah kami menentukan sembahan-sembahan untuk disembah selain Allah Yang Maha Pemurah?”. (QS. Az-Zukhruf : 45)
Maknanya: Sesungguhnya tidaklah didapati seorangpun dari para Rasul yang mengajak untuk menyembah sesembahan (lain) bersama Allah, bahkan seluruhnya -dari (Rasul) yang pertama sampai yang terakhir- mengajak untuk menyembah Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya.
Allah -’Azza wa Jalla- mengingatkan dalil aqli yang membatalkan kesyirikan orang-orang musyrik. Allah -Ta’ala- berfirman :
قُلْ أَرَأَيْتُم مَّا تَدْعُونَ مِن دُونِ اللَّهِ أَرُونِي مَاذَا خَلَقُوا مِنَ الْأَرْضِ أَمْ لَهُمْ شِرْكٌ فِي السَّمَاوَاتِ اِئْتُونِي بِكِتَابٍ مِّن قَبْلِ هَذَا أَوْ أَثَارَةٍ مِّنْ عِلْمٍ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ“Katakanlah terangkanlah kepadaku tentang apa yang kalian sembah selain Allah; atau perlihatkan kepadaku apakah yang telah mereka ciptakan dari bumi ini atau adakah mereka berserikat (dengan Allah) dalam penciptaan(Nya) langit?. Bawahlah kepadaku kitab yang sebelum (Al-Qur’an) ini atau peninggalan dari pengetahuan (orang-orang dahulu), jika kalian orang-orang yang benar”. (QS. Al-Ahqaf : 4)
Maka ini adalah dalil aqli yang menetapkan bahwa segala sesuatu selain Allah, maka penyembahan kepadanya adalah (penyembahan) yang batil. Mereka (selain Allah itu) sama sekali tidak memiliki peran dalam menciptakan sesuatupun, akan tetapi hanya Allah semata yang bersendirian dengannya. Kalau begitu, kenapa mereka disembah?! Kemudian Allah meniadakan jika orang-orang musyrik (bahwa mereka) memiliki dalil naql -dalam perkara yang mereka lakukan berupa kesyirikan- dari kitab-kitab suci yang diturunkan atau dari para Rasul yang terutus. Maka nampak dengan jelas tidak adanya argumen bagi kaum musyrikin secara mutlak. Akhirnya,mereka menjadi orang-orang yang kekal di dalam neraka Jahannam yang merupakan sejelek-jelek tempat kembali.
Dari semua penjelasan yang telah berlalu, diketahuilah bahwa tauhid ini adalah kewajiban yang paling pertama dan perkara yang paling urgen. Dialah (agama) yang tak akan diterima oleh Allah dari seorangpun agama selainnya.
[diterjemah dari Al-Mutaqad Ash-Shahih karya Syaikh Abdussalam Barjis. bab: Al-Mu'taqad Ash-Shahih fi Tauhid Al-Uluhiah]
Allah -Ta’ala- berfirman :
وَاعْبُدُواْ اللّهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئاً
“Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukanNya dengan sesuatupun”. (QS. An-Nisa` : 36)
dalam firman lain:
وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kalian jangan menyembah selain Dia”. (QS. Al-Isra` : 23)
Allah berfirman :
وَمَا أُمِرُواْ إِلاَّ لِيَعْبُدُواْ إِلَـهاً وَاحِداً
“Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa”. (QS. At-Taubah : 31)
Allah berfirman :
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya meyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama dengan lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus”. (QS. Al-Bayyinah : 5)
Allah berfirman :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu”. (QS. Adz-Dzariyat : 56)
Makna “menyembah kepadaKu” yaitu mentauhidkan Aku.
Lawan Dari Tauhid Adalah Kesyirikan Kepada Allah
Lawannya (tauhid) adalah kesyirikan kepada Allah –semoga Allah menjauhkan kita darinya-, dan dia adalah dosa yang terbesar yang Allah dimaksiati dengannya. Allah -Ta’ala- berfirman :
إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْماً عَظِيماً
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu, bagi siapa yang dikehendakiNya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”. (QS. An-Nisa` : 48)
Allah -Ta’ala- berfirman :
إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيداً
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu, bagi siapa yang dikehendakiNya. Barangsiapa yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya”. (QS. An-Nisa` : 116)
Allah -Ta’ala- berfirman :
حُنَفَاء لِلَّهِ غَيْرَ مُشْرِكِينَ بِهِ وَمَن يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاء فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ
“Dengan ikhlas kepada Allah, tidak mempersekutukan sesuatu dengan Dia. Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langait lalu disambar oleh burung atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh”. (QS. Al-Hajj : 31)
Allah -Ta’ala- berfirman :
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran padanya : “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kedzaliman yang besar”. (QS. Luqman : 13)
Allah -Ta’ala- menjelaskan bahwa kesyirikan itu bisa menghapuskan seluruh amalan dan mengeluarkan (pelakunya) dari agama. Allah -Ta’ala- berfirman :
وَلَوْ أَشْرَكُواْ لَحَبِطَ عَنْهُم مَّا كَانُواْ يَعْمَلُونَ
“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan”. (QS. Al-An’am : 88)
Allah -Ta’ala- berfirman :
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada Nabi-Nabi yang sebelummu : “Jika kamu mempersekutukan Allah, niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi”. (QS. Az-Zumar : 65)
Di dalam Shohih Muslim dari Jabir bin ‘Abdillah -radhiallahu ‘anhu-, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
مَنْ لَقِيَ اللهَ لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَمَنْ لَقِيَهُ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ
“Barangsiapa yang berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak berbuat kesyirikan bersama-Nya sedikitpun, maka ia akan masuk surga. Barangsiapa yang menjumpaiNya dalam keadaan berbuat kesyirikan bersama-Nya dengan sesuatu apapun, maka ia akan masuk ke dalam neraka”.
Di dalam Shohih Al-Bukhary dari Ibnu Mas’ud -radhiallahu ‘anhu- berkata: sesungguhnya Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda :
مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَدْعُو مِنْ دُوْنِ اللهِ نِدًّا دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Barangsiapa yang mati dalam keadaan dia menyeru/beribadah kepada tandingan selain Allah maka akan masuk ke dalam Neraka”.
Siapakah Orang Musyrik Itu?
Maka barangsiapa yang memalingkan satu bentuk di antara bentuk-bentuk ibadah kepada selain Allah, maka dia adalah orang yang musyrik lagi kafir.
Do’a tidak (Boleh) Diberikan Kecuali Hanya Kepada Allah
Do’a merupakan ibadah yang Allah perintahkan. Barangsiapa yang berdo’a hanya kepada Allah semata maka dia adalah muwahhid (orang yang bertauhid), dan barangsiapa yang berdo’a kepada selain Allah maka sungguh dia telah berbuat kesyirikan.
Allah -Ta’ala- berfirman :
وَلاَ تَدْعُ مِن دُونِ اللّهِ مَا لاَ يَنفَعُكَ وَلاَ يَضُرُّكَ فَإِن فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذاً مِّنَ الظَّالِمِينَ
“Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah, sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang dzalim”. (QS. Yunus : 106)
Allah -Ta’ala- berfirman :
وَمَن يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهاً آخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِندَ رَبِّهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ
“Dan barangsiapa menyembah sembahan yang lain disamping Allah, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung”. (QS. Al-Mu`minun : 117)
Allah -Ta’ala- berfirman :
وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَداً. وَأَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللَّهِ يَدْعُوهُ كَادُوا يَكُونُونَ عَلَيْهِ لِبَدا. قُلْ إِنَّمَا أَدْعُو رَبِّي وَلَا أُشْرِكُ بِهِ أَحَداً
“Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kalian menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah. Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembahNya (mengerjakan ibadah) hampir saja jin-jin itu desak-mendesak mengerumuninya. Katakanlah sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhanku dan aku tidak mempersekutukan sesuatupun denganNya”. (QS. Al-Jin : 18-20)Allah -Ta’ala- berfirman :
لَهُ دَعْوَةُ الْحَقِّ وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِهِ لاَ يَسْتَجِيبُونَ لَهُم بِشَيْءٍ إِلاَّ كَبَاسِطِ كَفَّيْهِ إِلَى الْمَاء لِيَبْلُغَ فَاهُ وَمَا هُوَ بِبَالِغِهِ وَمَا دُعَاء الْكَافِرِينَ إِلاَّ فِي ضَلاَلٍ
“Hanya bagi Allahlah (hak mengabulkan) doa yang benar. Dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memperkenankan sesuatupun bagi mereka, melainkan seperti orang yang membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya sampai air ke mulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya. Dan doa (ibadah) orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka”. (QS. Ar-R’ad : 14)
Allah -Ta’ala- berfirman :
وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِ اللّهِ لاَ يَخْلُقُونَ شَيْئاً وَهُمْ يُخْلَقُونَ. أَمْواتٌ غَيْرُ أَحْيَاء وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ
“Dan berhala-berhala yang mereka seru selain Allah, tidak dapat membuat sesuatu apapun, sedang berhala-berhala itu (sendiri) dibuat orang. (Berhala-berhala itu) benda mati tidak hidup, dan berhala-berhala itu tidak mengetahui bilakah penyembah-penyembahnya dibangkitkan”. (QS. An-Nahl : 20-21)
Allah -Ta’ala- berfirman :
فَلَا تَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهاً آخَرَ فَتَكُونَ مِنَ الْمُعَذَّبِينَ
“Maka janganlah kalian menyeru (menyembah) sembahan yang lain di samping Allah yang menyebabkan kalian termasuk orang-orang yang di adzab”. (QS. Asy-Syu’ara` : 213)
Allah -Ta’ala- berfirman :
يُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُّسَمًّى ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَهُ الْمُلْكُ وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِن قِطْمِير. إِن تَدْعُوهُمْ لَا يَسْمَعُوا دُعَاءكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُونَ بِشِرْكِكُمْ وَلَا يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ
“Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan bulan dan matahari, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian itulah Allah Tuhanmu, kepunyaanNyalah kerajaan. Dan orang-orang yang kalian seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. Jika kalian menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu ; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan di hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh yang Maha Mengetahui”. (QS. Fathir : 13-14)
Allah -Ta’ala- berfirman :
وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلْ أَفَرَأَيْتُم مَّا تَدْعُونَ مِن دُونِ اللَّهِ إِنْ أَرَادَنِيَ اللَّهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَاتُ رَحْمَتِهِ قُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُونَ
“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi”?, niscaya mereka menjawab : “Allah”. Katakanlah : “Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kalian seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmatNya?, katakanlah : “Cukuplah Allah bagiku”. kepadaNyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri”. (QS. Az-Zumar : 38)Allah -Ta’ala- berfirman :
قُلْ أَرَأَيْتُم مَّا تَدْعُونَ مِن دُونِ اللَّهِ أَرُونِي مَاذَا خَلَقُوا مِنَ الْأَرْضِ أَمْ لَهُمْ شِرْكٌ فِي السَّمَاوَاتِ اِئْتُونِي بِكِتَابٍ مِّن قَبْلِ هَذَا أَوْ أَثَارَةٍ مِّنْ عِلْمٍ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ. وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّن يَدْعُو مِن دُونِ اللَّهِ مَن لَّا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى يَومِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَن دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ. وَإِذَا حُشِرَ النَّاسُ كَانُوا لَهُمْ أَعْدَاء وَكَانُوا بِعِبَادَتِهِمْ كَافِرِينَ
“Katakanlah terangkanlah kepadaku tentang apa yang kalian sembah selain Allah, perlihatkan kepadaku apakah yang telah mereka ciptakan dari bumi ini atau adakah mereka berserikat (dengan Allah) dalam penciptaan langit? Bawalah kepadaku kitab yang sebelum (Al-Quran) ini atau peninggalan dari pengetahuan (orang orang dahulu) jika kalian adalah orang-orang yang benar”. Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (do`a) nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) do`a mereka? Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat) niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka.” (QS. Al-Ahqaf : 4-6)
Telah tsabit (shohih) dalam As-Sunan dari An-Nu’man bin Basyir -radhiallahu ‘anhu- beliau berkata: Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda :
اَلدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ
“Do’a adalah ibadah”.
Permusuhan Antara Para Rasul dan Kaumnya Terjadi Karena Tauhid Ini
Tauhid ini -tauhid Uluhiyah-, karenanyalah terjadi permusuhan antara para Rasul dengan ummatnya
Para Rasul Diutus Karena Tauhid Ini
Tauhid inilah yang para Rasul diutus guna menjelaskannya dan berdakwah kepadanya. Kitab-kitab diturunkan untuk menegaskannya, menjelaskannya dan membelanya sebagaimana firman Allah -Ta’ala- :
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُواْ اللّهَ وَاجْتَنِبُواْ الطَّاغُوتَ
“Dan sesungguhnya kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) : “Sembahlah Allah saja, dan jauhilah Thaghut itu”. (QS. An-Nahl : 36)
Allah -Ta’ala- berfirman :
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
“Dan kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu, melainkan kami wahyukan kepadanya : bahwasanya tidak ada sembahan (yang hak) melainkan Aku maka sembahlah olehmu selain aku”. (QS. Al-Anbiya` : 25)Allah -Ta’ala- berfirman :
ِيُنَزِّلُ الْمَلآئِكَةَ بِالْرُّوحِ مِنْ أَمْرِهِ عَلَى مَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ أَنْ أَنذِرُواْ أَنَّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنَاْ فَاتَّقُونِ
“Dia menurunkan para malaikat dengan (membawa) wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, yaitu: “Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada sembahan (yang hak) melainkan Aku, maka hendaklah kalian bertakwa kepada-Ku”. (QS. An-Nahl : 2)
Para Rasul memulai dalam mengajak kaumnya kepada Allah dengan tauhid ini. Maka setiap Rasul berkata kepada kaumnya :
اُعْبُدُواْ اللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَـهٍ غَيْرُهُ
“Sembahlah Allah, sekali-kali tak ada sembahan bagimu selain-Nya”. (QS. Al-A’raf : 59)
Hal ini diucapkan oleh Nuh, Hud, Sholih, Syu’aib dan setiap Rasul -sholawat Allah dan salamnya atas mereka seluruhnya-.
Allah -Ta’ala- berfirman :
وَإِبْرَاهِيمَ إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاتَّقُوهُ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ. إِنَّمَا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ أَوْثَاناً وَتَخْلُقُونَ إِفْكاً إِنَّ الَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ لَا يَمْلِكُونَ لَكُمْ رِزْقاً فَابْتَغُوا عِندَ اللَّهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوهُ وَاشْكُرُوا لَهُ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ“Dan (ingatlah) Ibrahim, ketika ia berkata pada kaumnya : Sembahlah olehmu Allah dan bertakwalah kepadaNya. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kalian mengetahui. Sesungguhnya apa yang kalian sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kalian membuat dusta. Sesungguhnya yang kalian sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezki kepadamu; maka mintalah rezki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepadaNya. Hanya kepadaNyalah kalian akan dikembalikan”. (QS. Al-‘Ankabut : 16-17)
Allah -Ta’ala- berfirman tentang Nabi-Nya, Yusuf -’alaihis salam- (bahwa beliau berkata) :
يَا صَاحِبَيِ السِّجْنِ أَأَرْبَابٌ مُّتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ اللّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ. مَا تَعْبُدُونَ مِن دُونِهِ إِلاَّ أَسْمَاءً سَمَّيْتُمُوهَا أَنتُمْ وَآبَآؤُكُم مَّا أَنزَلَ اللّهُ بِهَا مِن سُلْطَانٍ إِنِ الْحُكْمُ إِلاَّ لِلّهِ أَمَرَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَـكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ
“Hai kedua penghuni penjara manakah yang baik, Tuhan-Tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa?. Kalian tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kalian dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kalian tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS. Yusuf : 39-40)Orang-Orang Musyrik tidak Mempunyai Sedikitpun Argumen dalam Kesyirikan Mereka
Orang-orang musyrik tidak mempunyai sedikitpun argumen dalam kesyirikan mereka, baik dari sisi akal sehat, maupun dalil naqli dari para Rasul.
Allah -Ta’ala- berfirman :
وَاسْأَلْ مَنْ أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رُّسُلِنَا أَجَعَلْنَا مِن دُونِ الرَّحْمَنِ آلِهَةً يُعْبَدُونَ
“Dan tanyakanlah kepada Rasul-Rasul kami yang telah kami utus sebelum kamu “adakah kami menentukan sembahan-sembahan untuk disembah selain Allah Yang Maha Pemurah?”. (QS. Az-Zukhruf : 45)
Maknanya: Sesungguhnya tidaklah didapati seorangpun dari para Rasul yang mengajak untuk menyembah sesembahan (lain) bersama Allah, bahkan seluruhnya -dari (Rasul) yang pertama sampai yang terakhir- mengajak untuk menyembah Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya.
Allah -’Azza wa Jalla- mengingatkan dalil aqli yang membatalkan kesyirikan orang-orang musyrik. Allah -Ta’ala- berfirman :
قُلْ أَرَأَيْتُم مَّا تَدْعُونَ مِن دُونِ اللَّهِ أَرُونِي مَاذَا خَلَقُوا مِنَ الْأَرْضِ أَمْ لَهُمْ شِرْكٌ فِي السَّمَاوَاتِ اِئْتُونِي بِكِتَابٍ مِّن قَبْلِ هَذَا أَوْ أَثَارَةٍ مِّنْ عِلْمٍ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ“Katakanlah terangkanlah kepadaku tentang apa yang kalian sembah selain Allah; atau perlihatkan kepadaku apakah yang telah mereka ciptakan dari bumi ini atau adakah mereka berserikat (dengan Allah) dalam penciptaan(Nya) langit?. Bawahlah kepadaku kitab yang sebelum (Al-Qur’an) ini atau peninggalan dari pengetahuan (orang-orang dahulu), jika kalian orang-orang yang benar”. (QS. Al-Ahqaf : 4)
Maka ini adalah dalil aqli yang menetapkan bahwa segala sesuatu selain Allah, maka penyembahan kepadanya adalah (penyembahan) yang batil. Mereka (selain Allah itu) sama sekali tidak memiliki peran dalam menciptakan sesuatupun, akan tetapi hanya Allah semata yang bersendirian dengannya. Kalau begitu, kenapa mereka disembah?! Kemudian Allah meniadakan jika orang-orang musyrik (bahwa mereka) memiliki dalil naql -dalam perkara yang mereka lakukan berupa kesyirikan- dari kitab-kitab suci yang diturunkan atau dari para Rasul yang terutus. Maka nampak dengan jelas tidak adanya argumen bagi kaum musyrikin secara mutlak. Akhirnya,mereka menjadi orang-orang yang kekal di dalam neraka Jahannam yang merupakan sejelek-jelek tempat kembali.
Dari semua penjelasan yang telah berlalu, diketahuilah bahwa tauhid ini adalah kewajiban yang paling pertama dan perkara yang paling urgen. Dialah (agama) yang tak akan diterima oleh Allah dari seorangpun agama selainnya.
[diterjemah dari Al-Mutaqad Ash-Shahih karya Syaikh Abdussalam Barjis. bab: Al-Mu'taqad Ash-Shahih fi Tauhid Al-Uluhiah]
Rabu, 18 Mei 2011
KAPAN DARAH SEORANG MUSLIM DIHALALKAN
Dari Ibnu Mas'ud dia berkata.Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: " Tidak halal darah seorang muslim,kecuali karena satu dari tiga perkara: "Orang yang pernah menikah berzina,jiwa di balas dengan jiwa,orang yang meninggalkan agamanya,yang memisahkan dari jama'ah. (Hr.Bukhari dan Muslim)
Penjelasan:
Dalam hadist ini Rasulullah menjelaskan bahwa darah kaum muslimin terhormat,diharamkan dan tidak halal di tumpahkan kecuali dengan salah satu dari tiga perkara:
1.orang yang sudah menikah berzina,yakni orang yang telah menikah berzina,setelah Allah karuniakan pernikahan,orang ini di halalkan,karena hukum hadnya adalah di rajam ( di lempar batu sampe mati )
2.jiwa di balas jiwa. ini adalah hukum Qhishas,berdasarkan firman Allah:
"Hai orang orang yang beriman,di wajibkan atas kamu qishash,berkenan dengan orang orang yang di bunuh.(Qs.Al-Baqoroh:178)
3.orang yang meninggalkan agamanya yang memisahkan dari jama'ah,yang di maksud adalah: orang orang yang keluar dari (memberontak) imam (pemerintah).maka orang ini boleh di bunuh sampai ia kembali bertaubat kepada Allah.
Dan ada beberapa perkara lainnya yang tidak di sebut dalam hadist ini juga yang menghalalkan darah seorang muslim akan tetapi perkataan Rasulullah sebagiannya menghimpun sebagian yang lainnya.Dan sebagiannya melengkapi sebagian yang lainnya.
Hadist ini mengandung beberapa faedah di antaranya adalah:
1.penghormatan terhadap seoarang muslim,bahwa darah seorang muslim adalah terlindungi,berdasarkan sabdanya, Tidak halal darah seoarang muslim kecuali dengan salah satu dari tiga perkara.
2.Darah seorang muslim halal dengan tiga perkara ini
"Orang yang sudah menikah berzina", yaitu orang yang telah di karuniakan Allah dengan pernikahan yang sah,kemudian berhubungan badan dengan istrinya,kemudian ia berzina selain itu,maka ia di hukum rajam sampai mati.
"jiwa di balas dengan jiwa,yakni jika ia membunuh seseorang dengan lengkap sudah syarat-syaratnya qishashnya,maka ia di bunuh karena sebab itu.berdasarkan firman Allah:
" Hai orang orang yang beriman di wajibkan atas kamu qishash,berkenaan dengan orang orang yang di bunuh,
Dan firmannya: "Dan Kami telah menetapkan kepada mereka di dalamnya bahwa nyawa di balas dengan nyawa.(Qs.Al-maidah:45)
"Orang orang yang meninggalkan agamanya dan memisahkan dari jama'ah", yang di maksud adalah orang yang murtad,jika seorang murtad dari agama islam,maka darahnya dihalalkan,karena dengan itu ia menjadi seoarang yang tidak lagi terlindung darahnya.
3.wajibnya hukum rajam bagi penzina (yang sudah menikah) berdasarkan sabdanya: "Orang yang sudah menikah berzina"
4.Bolehnya qishash,akan tetapi orang yang berhak mengqishashnya bisa memilih antara mengqishash atau memaafkannya dengan membayar diat atau memaafkannya ama sekali (tidak membayar diat)
5.Wajib membunuh orang yang murtad,jika ia tidak bertaubat.
Hukum qishash ini harus jelas perbuatannya karena tanpa ada saksi yang memberatkan (melihat) takut terjadi fitnah, Rasulullah bersabda: "Hilangnya dunia lebih ringan di hadapan Allah ketimbang lenyapnya seorang muslim tanpa dasar kebenaran.(Hr.Ibnu Majah)
wallahu a'lam bish shawab
Penjelasan:
Dalam hadist ini Rasulullah menjelaskan bahwa darah kaum muslimin terhormat,diharamkan dan tidak halal di tumpahkan kecuali dengan salah satu dari tiga perkara:
1.orang yang sudah menikah berzina,yakni orang yang telah menikah berzina,setelah Allah karuniakan pernikahan,orang ini di halalkan,karena hukum hadnya adalah di rajam ( di lempar batu sampe mati )
2.jiwa di balas jiwa. ini adalah hukum Qhishas,berdasarkan firman Allah:
"Hai orang orang yang beriman,di wajibkan atas kamu qishash,berkenan dengan orang orang yang di bunuh.(Qs.Al-Baqoroh:178)
3.orang yang meninggalkan agamanya yang memisahkan dari jama'ah,yang di maksud adalah: orang orang yang keluar dari (memberontak) imam (pemerintah).maka orang ini boleh di bunuh sampai ia kembali bertaubat kepada Allah.
Dan ada beberapa perkara lainnya yang tidak di sebut dalam hadist ini juga yang menghalalkan darah seorang muslim akan tetapi perkataan Rasulullah sebagiannya menghimpun sebagian yang lainnya.Dan sebagiannya melengkapi sebagian yang lainnya.
Hadist ini mengandung beberapa faedah di antaranya adalah:
1.penghormatan terhadap seoarang muslim,bahwa darah seorang muslim adalah terlindungi,berdasarkan sabdanya, Tidak halal darah seoarang muslim kecuali dengan salah satu dari tiga perkara.
2.Darah seorang muslim halal dengan tiga perkara ini
"Orang yang sudah menikah berzina", yaitu orang yang telah di karuniakan Allah dengan pernikahan yang sah,kemudian berhubungan badan dengan istrinya,kemudian ia berzina selain itu,maka ia di hukum rajam sampai mati.
"jiwa di balas dengan jiwa,yakni jika ia membunuh seseorang dengan lengkap sudah syarat-syaratnya qishashnya,maka ia di bunuh karena sebab itu.berdasarkan firman Allah:
" Hai orang orang yang beriman di wajibkan atas kamu qishash,berkenaan dengan orang orang yang di bunuh,
Dan firmannya: "Dan Kami telah menetapkan kepada mereka di dalamnya bahwa nyawa di balas dengan nyawa.(Qs.Al-maidah:45)
"Orang orang yang meninggalkan agamanya dan memisahkan dari jama'ah", yang di maksud adalah orang yang murtad,jika seorang murtad dari agama islam,maka darahnya dihalalkan,karena dengan itu ia menjadi seoarang yang tidak lagi terlindung darahnya.
3.wajibnya hukum rajam bagi penzina (yang sudah menikah) berdasarkan sabdanya: "Orang yang sudah menikah berzina"
4.Bolehnya qishash,akan tetapi orang yang berhak mengqishashnya bisa memilih antara mengqishash atau memaafkannya dengan membayar diat atau memaafkannya ama sekali (tidak membayar diat)
5.Wajib membunuh orang yang murtad,jika ia tidak bertaubat.
Hukum qishash ini harus jelas perbuatannya karena tanpa ada saksi yang memberatkan (melihat) takut terjadi fitnah, Rasulullah bersabda: "Hilangnya dunia lebih ringan di hadapan Allah ketimbang lenyapnya seorang muslim tanpa dasar kebenaran.(Hr.Ibnu Majah)
wallahu a'lam bish shawab
Amal Perbuatan Tergantung Niatnya
Dari amiril mukminin Abi hafsin Umar bin al khatab, dia berkata: aku telah mendangar Rasulullah sahlallahu alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya perbuatan tergantung niatnya,dan setiap orang akan mendapatkan sesuai apa yang ia niatkan,maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya,maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya,dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia yang ingin ia dapatkan atau mendapatkan wanita yang ia ingin nikahi maka hijrahnya kepada apa yang ia inginkan itu.
hadist ini di riwayatkan oleh dua orang imam ahli hadist yaitu; Abu abdillah muhammad bin ismail bin ibrahim bin al-mughurah bin bardizbah al-bukhari dan abul husaian muslim bin al hajjaj bin muslim al-qusyairy an-naisaburi dalam kitab shahih keduanya,yang kedua kitab tersebut merupakan kitab susunan paling shahih.
penjelasan
Hadist ini merupakan prinsip dasar yang begitu agung dalam setiap permasalahan amalan-amalan hati.
para ulama mengatakan hadist ini adalah setenga ibadah,karena ia merupakan timbangan amalan amalan batin,sedangkan hadist Aisyah yang berbunyi:
barang siapa mengada adakan dalam urusan kami perkara yang tidak ada alasannya,maka hal itu akan tertolak"
dalam lafadz lain: "Barang siapa mengerjakan suatu amalan yang tidak sesuai dari perintah kami maka amalan itu tertolak"
hadist ini adalah setengah agama,karena hadist ini merupakan timbangan amalan yang zhahir(nampak). jadi dapat di pertik faedahnya dari hadist" sesungguhnya amalan amalan itu tergantung dari niatnya"
bahwa amalan apapun harus di dasri niat,karena setiap orang yang berakal tidak mungkin melakukan suatu amalan tanpa niat. hingga sebagian ulama mengatakan: "sekiranya Allah membebani suatu amalan kepada kita tanpa di dasri oleh niat,tentunya hal itu merupakan suatu pembenahan yang tidak mampu untuk di lakukan.
Bercabang dari faedah ini adalah:bantahan terhadap orang orang yang mempunyai penyakit was was yang mengulang ulang sesuatu amalan beberapa kali,hingga syetan membisikan pada mereka" sesungguhnya kalian belum memasang niat." kami katakan kepada mereka( orang orang was was itu) Tidak. tidak mungkin engkau melakukan perbuatan tanpa di dasri oleh niat,janganlah membebani diri diri kalian dan tinggalkan perasaan was was seperti itu.
Di antara faedah dari hadist ini
1.Bhawa seseorang di beri pahala,berdosa atau terhalang (mendapatkan sesuatu ) dengan sebab niatnya.
Nabi saw bersabda: " barang siapa hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya kepada Allah dan rasulnya"
2.sesungguhnya amalan itu tergantung dari tujuannya,bisa jadi suatu perkara__yang pada asalnya-mubah bisa menjadi amalan ketaatan jika sesorang meniatkannya sebagai amalan kebaikan.misalnya: ia meniatkan makan dan minumnya untuk menambah kekuatan dalam menjalankan ketaatan kepada Allah oleh karena itu Nabi saw bersabda:
"maka sahurlah,sesungguhnya pada makanan sahur itu terhadap berkah
3.seorang pengajar sepatutnya memberikan perumpamaan yang dapat memperjelas suatu hukum,Nabi telah memberikan perumpamaan dalam hal ini dengan hijrah. hijrah adalah berpindah dari negri kesyirikan kenegri Islam,dan Beliaupun menjelaskan bahwa hijrah adalah amalan yang bisa menjadikan pahala ataupun keterhalangan (memperoleh pahala )bagi orang yang melakukannya,seoramh yang hijrah kepada Allah dan Rasul-Nya di beri pahala dan akan sampai apa yang ia inginkan.
sedangkan orang yang hijrah kepada dunia yang ingin ia dapatkan atau wanita yang ingin ia nikahi,maka ia terhalang mendapatkan pahala ini.
4.Hadist ini selain masuk pembahasan ibadah,masuk pula dalam pembahasan muamalah,pernikahan,dan dalam pembahasan fiqih lainnya.
.wallahu a'lam bish shawab
hadist ini di riwayatkan oleh dua orang imam ahli hadist yaitu; Abu abdillah muhammad bin ismail bin ibrahim bin al-mughurah bin bardizbah al-bukhari dan abul husaian muslim bin al hajjaj bin muslim al-qusyairy an-naisaburi dalam kitab shahih keduanya,yang kedua kitab tersebut merupakan kitab susunan paling shahih.
penjelasan
Hadist ini merupakan prinsip dasar yang begitu agung dalam setiap permasalahan amalan-amalan hati.
para ulama mengatakan hadist ini adalah setenga ibadah,karena ia merupakan timbangan amalan amalan batin,sedangkan hadist Aisyah yang berbunyi:
barang siapa mengada adakan dalam urusan kami perkara yang tidak ada alasannya,maka hal itu akan tertolak"
dalam lafadz lain: "Barang siapa mengerjakan suatu amalan yang tidak sesuai dari perintah kami maka amalan itu tertolak"
hadist ini adalah setengah agama,karena hadist ini merupakan timbangan amalan yang zhahir(nampak). jadi dapat di pertik faedahnya dari hadist" sesungguhnya amalan amalan itu tergantung dari niatnya"
bahwa amalan apapun harus di dasri niat,karena setiap orang yang berakal tidak mungkin melakukan suatu amalan tanpa niat. hingga sebagian ulama mengatakan: "sekiranya Allah membebani suatu amalan kepada kita tanpa di dasri oleh niat,tentunya hal itu merupakan suatu pembenahan yang tidak mampu untuk di lakukan.
Bercabang dari faedah ini adalah:bantahan terhadap orang orang yang mempunyai penyakit was was yang mengulang ulang sesuatu amalan beberapa kali,hingga syetan membisikan pada mereka" sesungguhnya kalian belum memasang niat." kami katakan kepada mereka( orang orang was was itu) Tidak. tidak mungkin engkau melakukan perbuatan tanpa di dasri oleh niat,janganlah membebani diri diri kalian dan tinggalkan perasaan was was seperti itu.
Di antara faedah dari hadist ini
1.Bhawa seseorang di beri pahala,berdosa atau terhalang (mendapatkan sesuatu ) dengan sebab niatnya.
Nabi saw bersabda: " barang siapa hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya kepada Allah dan rasulnya"
2.sesungguhnya amalan itu tergantung dari tujuannya,bisa jadi suatu perkara__yang pada asalnya-mubah bisa menjadi amalan ketaatan jika sesorang meniatkannya sebagai amalan kebaikan.misalnya: ia meniatkan makan dan minumnya untuk menambah kekuatan dalam menjalankan ketaatan kepada Allah oleh karena itu Nabi saw bersabda:
"maka sahurlah,sesungguhnya pada makanan sahur itu terhadap berkah
3.seorang pengajar sepatutnya memberikan perumpamaan yang dapat memperjelas suatu hukum,Nabi telah memberikan perumpamaan dalam hal ini dengan hijrah. hijrah adalah berpindah dari negri kesyirikan kenegri Islam,dan Beliaupun menjelaskan bahwa hijrah adalah amalan yang bisa menjadikan pahala ataupun keterhalangan (memperoleh pahala )bagi orang yang melakukannya,seoramh yang hijrah kepada Allah dan Rasul-Nya di beri pahala dan akan sampai apa yang ia inginkan.
sedangkan orang yang hijrah kepada dunia yang ingin ia dapatkan atau wanita yang ingin ia nikahi,maka ia terhalang mendapatkan pahala ini.
4.Hadist ini selain masuk pembahasan ibadah,masuk pula dalam pembahasan muamalah,pernikahan,dan dalam pembahasan fiqih lainnya.
.wallahu a'lam bish shawab
Selasa, 17 Mei 2011
hakikat juhud dan buahnya
"diriwayatkan dari Abu abbas sahl bin sa'ad as'saidi ra'; ia bertutur : seorang lelaki datang kepada Nabi saw,seraya berkata;' wahai Rasulullah,tunjukanlah aku akan suatu amal,yang apa bila aku mengamalkannya,maka Allah dan manusia mencintaiku' kemudian Rasulullah saw bersabda ; "Zuhudlah terhadap apa yang ada di dunia maka Allah akan mencintaimu,dan zuhudlah terhadap apa yang ada di sisi manusia maka manusiapun akan mencintaimu"
hadist yang sanadnya hasan ini di riwayatkan oleh: Ibnu majah dalam kitab az-zuhud,bab az-zuhdu fid-dunya,no:4102.juga diriwayatkan oleh Tabrani dalam al-mu'jam al-kabiir-nya,ibnu Hibban dalam raudhatul-'Uqala,dan Hakim dalam Mustadrak-nya
Urgensi hadist
hadist ini mencakup dua wasiat yang sangat agung dari Nabi saw,pertama :zuhud terhadap dunia,dan zuhud merupakan faktor kecintaan Allah terhadap hamba-Nya
kedua:zuhud terhadap apa apa yang dimiliki orang lain.inilah yang membuahkan kecintaan orang lain.
Dan tidak bisa di pungkiri bahwa dalam islam seseorang tidak akan mendapatkan kebahagiaan dan kemenangan,baik di dunia maupun di akhirat,kecuali bila meraih cinta dari Allah dan kasih sayang serta penghargaan dari manusia.
PENGERTIAN ZUHUD
terlalu banyak definisi oleh shalafushalih tentang zuhud.Namun semua bermuara pada definisi yang di riwayatkan oleh imam Ahmad: dari Abu idris al khaulani ra'. "zuhud di dunia bukanlah mengharamkan yang halal dan membuang semua harta,akan tetapi zuhud terhadap dunia adalah meyakini apa yang ada di sisi Allah ketimbang apa yang ada di tangan kita,dan jika kita di timpa musibah maka kita sangat berharap mendapatkan pahala.bahkan ketika musibah itu masih bersama kita,kitapun berharap dan menyimpan pahalanya.
sikap seperti ini lahir dari keyakinan yang benar dan tertanam sangat kuat bahwa Allah swt berfirman:
"dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah lah yang memberi rizqinya,dan dia mengetahui tempat berdiam binatang itu tempatnya menyimpannya.semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (lauh mahfuzh).(Qs.Hud:6)
hadist yang sanadnya hasan ini di riwayatkan oleh: Ibnu majah dalam kitab az-zuhud,bab az-zuhdu fid-dunya,no:4102.juga diriwayatkan oleh Tabrani dalam al-mu'jam al-kabiir-nya,ibnu Hibban dalam raudhatul-'Uqala,dan Hakim dalam Mustadrak-nya
Urgensi hadist
hadist ini mencakup dua wasiat yang sangat agung dari Nabi saw,pertama :zuhud terhadap dunia,dan zuhud merupakan faktor kecintaan Allah terhadap hamba-Nya
kedua:zuhud terhadap apa apa yang dimiliki orang lain.inilah yang membuahkan kecintaan orang lain.
Dan tidak bisa di pungkiri bahwa dalam islam seseorang tidak akan mendapatkan kebahagiaan dan kemenangan,baik di dunia maupun di akhirat,kecuali bila meraih cinta dari Allah dan kasih sayang serta penghargaan dari manusia.
PENGERTIAN ZUHUD
terlalu banyak definisi oleh shalafushalih tentang zuhud.Namun semua bermuara pada definisi yang di riwayatkan oleh imam Ahmad: dari Abu idris al khaulani ra'. "zuhud di dunia bukanlah mengharamkan yang halal dan membuang semua harta,akan tetapi zuhud terhadap dunia adalah meyakini apa yang ada di sisi Allah ketimbang apa yang ada di tangan kita,dan jika kita di timpa musibah maka kita sangat berharap mendapatkan pahala.bahkan ketika musibah itu masih bersama kita,kitapun berharap dan menyimpan pahalanya.
sikap seperti ini lahir dari keyakinan yang benar dan tertanam sangat kuat bahwa Allah swt berfirman:
"dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah lah yang memberi rizqinya,dan dia mengetahui tempat berdiam binatang itu tempatnya menyimpannya.semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (lauh mahfuzh).(Qs.Hud:6)
Langganan:
Postingan (Atom)